Selamat malam...
selamat beristirahat dari rutinitas kalian semua...
saya sebenarnya bukan orang yang mudah untuk mengatakan sebuah penyesalan. Tapi kali ini berbeda, dan saya sedikit banyak belajar dari sini, saya berharap untuk siapa saja yang membaca ini juga dapat belajar sedikit dari yang saya tulis ini..
selamat beristirahat dari rutinitas kalian semua...
saya sebenarnya bukan orang yang mudah untuk mengatakan sebuah penyesalan. Tapi kali ini berbeda, dan saya sedikit banyak belajar dari sini, saya berharap untuk siapa saja yang membaca ini juga dapat belajar sedikit dari yang saya tulis ini..
Ketika Piastro kemaren, piastro adalah ajang Psikologi UI
yang menggelar berbagai macam kompetisi olah raga, art, dan petunjukan band. Saat
itu adalah awal pertama kalinya saya ikutan sebuah kompetisi yang
mengatasnamakan futsal, yang notabennya saya adalah seorang pecinta basket,
awalnya saya sangat berpikir keras ketik memutuskan untuk ikut ajang tersebut
atau tidak. Kenapa banya pertimbangan?? Karena berbentrokkan dengan jadwal
kuliah, Piastro itu diadakan di Jakarta, otomatis jika saya ikut dalam ajang
tersebut saya harus meninggalkan kuliah, waktu itu bukan waktu yang cukup
sebentar menurut aku, aku harus meninggalkan perkuliahan sebanyak 8 delapan
hari waktu efektif. Tapi, karena aku hitung baik dan buruknya dari ikut serta
dalam ajang tersebut, akhirnya aku ikut berangkat dengan teman-teman yang lebih
kurang berjumlah 33 anak. Kami berangkat jam 19.00 dari Semarang, sampai di
Jakarta jam 3 dini hari. Selama perjalanan sebenarnya ada seseorang yang
mencuri perhatianku, dia adalah senior aku yang sudah lulus, sebenarnya aku
juga lama tak berjumpa dengannya dan ketika tahu di ikut sempet hati ini
memulai menabuh genderang, karena aku dulu pernah suka terhadapnya, tapi aku
mungkin waktu itu cuma sekedar nge-fans terhadapnya, banyak diantara
teman-temanku yang ternyata nge-fans terhadapnya, dan aku selalu meyakinkan
diriku bahwa aku cuma sebatas nge-fans saja. Aku tak hapis pikir ketika
pertemuanku yang lumayan lama terputus akhirnya dengan sepenuh rasa syukur
terhadapNya aku dipertemukan lagi padanya. Aku ketika masih sangat meyakinkan
hati ini bahwa aku tidak suka terhadapnya, dan hanya sebata nge-fans saja. Selalu
dan selalu aku menolak gejolak yang membuat genderang semakin bergemuruh,
hingga menekakan telinga mungkin juka ada yang mendengarnya. Aku selalu
bersikap biasa saja terhadapnya, tidak banyak tingkah yang membuatku menjadi
perhatian dirinya. Diapun sepertinya seperti itu, aku selalu dalam hati
mengatakan “Aku suka kamu mas” untuk tak ada yang dapat mendengat hati ini
selalu dan selalu menanggil namanya. Setelah sampai di sana, akupun masih
bersikap biasa saja, akupun tak tahu apakah dia tahu atau tidak akan tingkah
lakuku yang mungkin tak begitu wajar untuk seseorang yang sedang ingin mencuri
perhatiannya. Selama di sana perasaan ini lama-lama berubah seiring berjalannya
waktu, tapi aku masih menolak dengan sangat apa yang aku rasakan sekarang, aku
tak kuat hati untuk mengakui bahwa aku merasakan CINTA, perasaan itu tidak
pernah aku rasakan setelah aku dulu pernah mencintai seseorang di jaman SMP,
tapi sekrang ini adalah kali kedua aku merasakan hal seperti itu, tapi aku
takut untuk mengakui dalam hati bahwa aku sudah berperasaan terlalu jauh
terhadapnya. Aku selalu sadar akan apa yang aku lakukan ini, tiap malam aku
selalu meminta Dia untuk menyampaikan salamku terhadapnya. Mungkin sampai saat
ini tidak ada yang tahu jika aku sudah merasakan perasaan ini lagi, perasaan di
mana aku selalu bersemangat ketika melihat dia, walau itu dari kejauhan yang
sangat jauh mata ini memandang, tapi hati ini terasa sangat memaklumi dan
bersemangat. Tapi mungkin sampai saat ini aku belum bisa jujur terhadap diri
sendiri akan perasaan yang satu ini. Aku tetap berusaha untuk berlaku jujur
terhadap perasaan ini. Selama di sana aku sudah mendapat respon terhadap
dirinya, ini memang aku yang GR atau memang terjadi seperti demikian, aku
merasa dia selalu menatap diriku, walau itu dari kejauhan, mata kita selalu
beradu, tapi tak ada sepatah katapun keluar dari mulut kami, ketika mata saling
beradu cepat-cepat kami saling membuang muka agar hal itu tidak terjadi lebih
lama lagi. Mata beradu tapi dalam hati genderang saling bertautan membunyikan
masing dari genderang-genderang itu. Aku masih belum bisa berkata jujur
terhadap diriku sendiri saat itu. Aku sembunyikan rasa ini rapat-rapat dan aku
keluarkan melalui pikiran berupa puisi yang aku tuangkan dalam malam yang sepi
akan bintang yang di temani dawai malam yang cukup sahdu. Hal itu terus menerus
seperti itu, aku lakukan selama di sana. Sampai akhirlah waktu kamu saudah habi
selama 10 hari di Jakarta. Ketika itu aku masih juga berusah untuk selalu
bersembunyi dalam hati yang masih malu untuk berkata jujur terhadap hati itu. Ketika
sampai kembali di Semarang akupun masih menutupinya dengan rapat, padahal di
stasiun itu adalah perpisahan aku dengannya, dan aku tak tau lagi kapan bisa
bertemu kalau bukan takdir yang mempertemukan kita. Aku hanya bisa pamit tanpa
menjabat tangannya, hati ini masih ingin lama berada di situ tapi badan tak
bisa dibohongi untuk segera merebah dan menghela napas sejenak dari kepenatan.
Sesampai di semarang akupun masih memikirkan penyesalan yang aku lakukan pada
hari-hari kemarin, aku termasuk orang yang rugi dengan memendam itu sendiri,
tanpa memberi tahu kepada dia, besar rasa gengsiku yang aku junjung, tapi
justru akan membuatku semakin nyesek ngga bisa jujur, dahulu keti aku merasakan
cinta pada orang sebelum ini juga aku bisa menutup rapat perasaanku itu selama
3 tahun, tanpa dia tau apa yang aku rasa saat itu, dan aku tidak ingin ini
terulang lagi, aku ingin dia tahu bahwa aku suka dan mungkin rasa suka ini
berubah jadi cinta, aku hanya ingin memberitahu dia tidak lebih lebih dan tidak
kurang, terserah dia apa yang akan selanjutnya akan dia lakukan terhadapku. Berbagai
macam perasaan saat ini begitu kompleks dalam diri yang rapuh ini. Aku masih
takut untuk berkata jujur, minimal terhadap diri sendiripun belum berani aku
berargumen. Tapi sekarang aku sedikit berani untuk mencoba mendekatinya,
sebenarnya aku ingin mengatakan “Aku benci sama kamu, kamu selalu ada dalam
hatiku, sudah aku coba untuk menghampusnya tapi tetap saja ada rasa ini, benci
padamu dengan sangat, kau membuatku selalu berpikir akan hal yang satu ini, Aku
Suka Kamu.”
Puisi malam ini
Dawai yang bunyi
dalam kebisuan
Dawai malam yang masih ingin menampakkan suaranya
Tapi takkan bisa karena dia tak bersuara
Dia selalu belajar dan belajar meski dia bisu
Dia tak dapat menyampaikan pesannya
Ketika malam datang
Dawai selalu datang dalam kesunyian
Selalu ingin memecahkan sunyi
Malam ini dibantulah dia dengan bintang
Dawai menorehkan tulisan
“ I LOVE U”
Dalam damai malam dawai mulai
bermain
Dia berteman akrab dengan
bintang
Sebuah bintang yang paling
terang
Ku ukir kata itu dengan penuh
perasaan
Berharap kau selalu menamdang dalam balutan kedamaian
Hanya ini yang dapat saya tuliskan, aku menuntut kejujuran
dalam hati yang rapuh ini....:D