Senin, 15 Oktober 2012

curhatan malam

Selamat malam...
selamat beristirahat dari rutinitas kalian semua...
saya sebenarnya bukan orang yang mudah untuk mengatakan sebuah penyesalan. Tapi kali ini berbeda, dan saya sedikit banyak belajar dari sini, saya berharap untuk siapa saja yang membaca ini juga dapat belajar sedikit dari yang saya tulis ini..
Ketika Piastro kemaren, piastro adalah ajang Psikologi UI yang menggelar berbagai macam kompetisi olah raga, art, dan petunjukan band. Saat itu adalah awal pertama kalinya saya ikutan sebuah kompetisi yang mengatasnamakan futsal, yang notabennya saya adalah seorang pecinta basket, awalnya saya sangat berpikir keras ketik memutuskan untuk ikut ajang tersebut atau tidak. Kenapa banya pertimbangan?? Karena berbentrokkan dengan jadwal kuliah, Piastro itu diadakan di Jakarta, otomatis jika saya ikut dalam ajang tersebut saya harus meninggalkan kuliah, waktu itu bukan waktu yang cukup sebentar menurut aku, aku harus meninggalkan perkuliahan sebanyak 8 delapan hari waktu efektif. Tapi, karena aku hitung baik dan buruknya dari ikut serta dalam ajang tersebut, akhirnya aku ikut berangkat dengan teman-teman yang lebih kurang berjumlah 33 anak. Kami berangkat jam 19.00 dari Semarang, sampai di Jakarta jam 3 dini hari. Selama perjalanan sebenarnya ada seseorang yang mencuri perhatianku, dia adalah senior aku yang sudah lulus, sebenarnya aku juga lama tak berjumpa dengannya dan ketika tahu di ikut sempet hati ini memulai menabuh genderang, karena aku dulu pernah suka terhadapnya, tapi aku mungkin waktu itu cuma sekedar nge-fans terhadapnya, banyak diantara teman-temanku yang ternyata nge-fans terhadapnya, dan aku selalu meyakinkan diriku bahwa aku cuma sebatas nge-fans saja. Aku tak hapis pikir ketika pertemuanku yang lumayan lama terputus akhirnya dengan sepenuh rasa syukur terhadapNya aku dipertemukan lagi padanya. Aku ketika masih sangat meyakinkan hati ini bahwa aku tidak suka terhadapnya, dan hanya sebata nge-fans saja. Selalu dan selalu aku menolak gejolak yang membuat genderang semakin bergemuruh, hingga menekakan telinga mungkin juka ada yang mendengarnya. Aku selalu bersikap biasa saja terhadapnya, tidak banyak tingkah yang membuatku menjadi perhatian dirinya. Diapun sepertinya seperti itu, aku selalu dalam hati mengatakan “Aku suka kamu mas” untuk tak ada yang dapat mendengat hati ini selalu dan selalu menanggil namanya. Setelah sampai di sana, akupun masih bersikap biasa saja, akupun tak tahu apakah dia tahu atau tidak akan tingkah lakuku yang mungkin tak begitu wajar untuk seseorang yang sedang ingin mencuri perhatiannya. Selama di sana perasaan ini lama-lama berubah seiring berjalannya waktu, tapi aku masih menolak dengan sangat apa yang aku rasakan sekarang, aku tak kuat hati untuk mengakui bahwa aku merasakan CINTA, perasaan itu tidak pernah aku rasakan setelah aku dulu pernah mencintai seseorang di jaman SMP, tapi sekrang ini adalah kali kedua aku merasakan hal seperti itu, tapi aku takut untuk mengakui dalam hati bahwa aku sudah berperasaan terlalu jauh terhadapnya. Aku selalu sadar akan apa yang aku lakukan ini, tiap malam aku selalu meminta Dia untuk menyampaikan salamku terhadapnya. Mungkin sampai saat ini tidak ada yang tahu jika aku sudah merasakan perasaan ini lagi, perasaan di mana aku selalu bersemangat ketika melihat dia, walau itu dari kejauhan yang sangat jauh mata ini memandang, tapi hati ini terasa sangat memaklumi dan bersemangat. Tapi mungkin sampai saat ini aku belum bisa jujur terhadap diri sendiri akan perasaan yang satu ini. Aku tetap berusaha untuk berlaku jujur terhadap perasaan ini. Selama di sana aku sudah mendapat respon terhadap dirinya, ini memang aku yang GR atau memang terjadi seperti demikian, aku merasa dia selalu menatap diriku, walau itu dari kejauhan, mata kita selalu beradu, tapi tak ada sepatah katapun keluar dari mulut kami, ketika mata saling beradu cepat-cepat kami saling membuang muka agar hal itu tidak terjadi lebih lama lagi. Mata beradu tapi dalam hati genderang saling bertautan membunyikan masing dari genderang-genderang itu. Aku masih belum bisa berkata jujur terhadap diriku sendiri saat itu. Aku sembunyikan rasa ini rapat-rapat dan aku keluarkan melalui pikiran berupa puisi yang aku tuangkan dalam malam yang sepi akan bintang yang di temani dawai malam yang cukup sahdu. Hal itu terus menerus seperti itu, aku lakukan selama di sana. Sampai akhirlah waktu kamu saudah habi selama 10 hari di Jakarta. Ketika itu aku masih juga berusah untuk selalu bersembunyi dalam hati yang masih malu untuk berkata jujur terhadap hati itu. Ketika sampai kembali di Semarang akupun masih menutupinya dengan rapat, padahal di stasiun itu adalah perpisahan aku dengannya, dan aku tak tau lagi kapan bisa bertemu kalau bukan takdir yang mempertemukan kita. Aku hanya bisa pamit tanpa menjabat tangannya, hati ini masih ingin lama berada di situ tapi badan tak bisa dibohongi untuk segera merebah dan menghela napas sejenak dari kepenatan.
Sesampai di semarang akupun masih  memikirkan penyesalan yang aku lakukan pada hari-hari kemarin, aku termasuk orang yang rugi dengan memendam itu sendiri, tanpa memberi tahu kepada dia, besar rasa gengsiku yang aku junjung, tapi justru akan membuatku semakin nyesek ngga bisa jujur, dahulu keti aku merasakan cinta pada orang sebelum ini juga aku bisa menutup rapat perasaanku itu selama 3 tahun, tanpa dia tau apa yang aku rasa saat itu, dan aku tidak ingin ini terulang lagi, aku ingin dia tahu bahwa aku suka dan mungkin rasa suka ini berubah jadi cinta, aku hanya ingin memberitahu dia tidak lebih lebih dan tidak kurang, terserah dia apa yang akan selanjutnya akan dia lakukan terhadapku. Berbagai macam perasaan saat ini begitu kompleks dalam diri yang rapuh ini. Aku masih takut untuk berkata jujur, minimal terhadap diri sendiripun belum berani aku berargumen. Tapi sekarang aku sedikit berani untuk mencoba mendekatinya, sebenarnya aku ingin mengatakan “Aku benci sama kamu, kamu selalu ada dalam hatiku, sudah aku coba untuk menghampusnya tapi tetap saja ada rasa ini, benci padamu dengan sangat, kau membuatku selalu berpikir akan hal yang satu ini, Aku Suka Kamu.”

Puisi malam ini
Dawai yang bunyi dalam kebisuan

Dawai malam yang masih ingin menampakkan suaranya
Tapi takkan bisa karena dia tak bersuara
Dia selalu belajar dan belajar meski dia bisu
Dia tak dapat menyampaikan pesannya
Ketika malam datang
Dawai selalu datang dalam kesunyian
Selalu ingin memecahkan sunyi
Malam ini dibantulah dia dengan bintang
Dawai menorehkan tulisan
 “ I LOVE U”
Dalam damai malam dawai mulai bermain
Dia berteman akrab dengan bintang
Sebuah bintang yang paling terang
Ku ukir kata itu dengan penuh perasaan
Berharap kau selalu  menamdang dalam balutan kedamaian
Hanya ini yang dapat saya tuliskan, aku menuntut kejujuran dalam hati yang rapuh ini....:D